Makalahku SPJD PGRI
SPJD PGRI
Sejarah Perkembangan PGRI
Sejarah Perkembangan PGRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Di dalam kebudayaan bangsa
Indonesia, profesi guru mempunyai kedudukan paling tinggi dan dihormati oleh
masyarakat. Masyarakat jawa mengenal ungkapan “guru, ratu, wong tuwo karo”
artinya adalah taatilah pertama-tama gurumu, lalu rajamu, kemudian kedua orang
tuamu. Penghargaan guru tersebut juga terjadi pada masa kolonial, dimana status
profesi guru mempunyai kedudukan yang terhormat karena itu guru dihargai oleh
masyarakat. Mereka dianggap panutan masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status ekonomi yang
cukup tinggi. Pada masa kolonial, memang status profesi guru relatif tinggi.
Pada masa penjajahan Jepang, sang
guru mendapat kehormatan dengan julukan “Sensei” yang sesuai dengan kebudayaan
Jepang dimana guru mempunyai kedudukan sosial yang sangat dihormati.
Selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, profesi guru
pernah menjadi dambaanorang. Dalam berbagai daerah, ambil contoh di kawasan
Indonesia Timur, yang dicari adalah pegawai negeri atau guru.
Dengan perkembangan jaman dan pola
fikir masyarakat, terjadilah pergeseran anggapan tentang guru, berkaitan dengan
perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Profesi guru bukanlah
merupakan pilihan utama dan bergensi, bahkan status profesi guru lebih rendah
dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan
buruh sekalipun. Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar
(SD) yang terkesan “terbelakang” kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru
menuntut kecakapan dan usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal
yang cukup tinggi.
Selain itu, Guru juga mempunyai
peranan penting di dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan. Namun tidak
banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab itu, makalah ini di tulis
untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang guru dan seberapa besarnya
peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.
2.
Rumusan
Masalah
Dari Uraian Latar Belakang Di Atas Dapat Dirumuskan
Rumusan Masalah Sebagai Berikut:
a.
Apa Pengertian Dari Guru ?
b.
Bagaimana Gerakan Guru Pada Masa
Perjuangan Kemerdekaan ?
c.
Bagaimana Pendidikan Di Jaman
Penjajahan Belanda ?
d.
Bagaimana Perjuangan Guru Pada Masa
Penjajahan Belanda ?
e.
Bagaimana Pendidikan Di Jaman
Penjajahan Jepang ?
f.
Bagaimana Perjuangan Guru Pada Masa
Penjajahan Jepang ?
g.
Bagaimana Guru Pada Masa
Orde Baru ?
h.
Bagaimana Perjuangan Guru Pada Masa
Reformasi ?
3.
Tujuan
Dari Rumusan Masalah Di Atas Dapat
Ditarik Tujuan Sebagai Berikut :
a.
Mengidentifikasi Pengertian Guru
b.
Menjelaskan Keadaan Pendidikan Di
Jaman Penjajahan Belanda
c.
Menjelaskan Perjuangan Guru Pada
Masa Penjajaham Belanda
d.
Menjelaskan Tujuan Lahirnya
Organisasi Pgri
e.
Menjelaskan Keadaan Pendidikan Pada
Jaman Penjajahan Jepang
f.
Menjelaskan Perjuangan Guru Pada
Masa Penjajahan Jepang
g.
Menjelaskan
Keadaan Guru Pada Masa Orde Baru
h.
Menjelaskan
Perjuangan Guru Pada Masa Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Guru
Guru
adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik
Secara
etimologis (asal usul kata), istilah guru berasal dari bahasa Indiayang artinya
orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalamtradisi agama
Hindu, guru dikenal sebagai Maha Resi guru yakni para pengajar yang bertugas
untuk menggembleng para calon biksu di bhinaya pantii (tempat pendidikan bagi
para biksu). Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan almu'alimatau ustadz yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan
demikian, al-mu'alim atau ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang
yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia.Dari aspek
lain, beberapa pakar pendidikan telah mencoba merumuskan pengertian guru dengan
definisi tertentu.
Menurut
Poerwadarminta guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dengan definisi ini,
guru disamakan dengan pengajar. Dengan demikian, pengertian guru inihanya
menyebutkan satu sisi, yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru
sebagai pendidik dan pelatih. Sementara itu, Zakiyah Daradjat dikutip dari buku
“Menjadi Guru Efektif” menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional
karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik
anak-anak. Dalam hal ini, orang tua harus tetapsebagai pendidik yang pertama
dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru adalah tenaga professional yang
membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.
Dari pengertian diatas, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya
terkait dan upaya mencerdaskan kehidupan bagsa dalam semua aspeknya, baik
spiritual dan emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya berada di
lembaga pendidikan sekolah., baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat atau swasta Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol bagi suatu
tempat suci yang berisi ilmu (vidya) dan juga pembagi ilmu. Seorang guru
adalah pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya.
Dalam
agama Buddha, guru adalah orang yang memandu muridnya dalam jalan menuju
kebenaran. Murid seorang guru memandang gurunya sebagai jelmaan Buddha atau Bodhisattva.
Dalam
agama Sikh, guru mempunyai makna yang mirip dengan agama Hindu dan
Buddha, namun posisinya lebih penting lagi, karena salah satu inti ajaran agama
Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran Sepuluh Guru Sikh. Hanya ada sepuluh
Guru dalam agama Sikh, dan Guru pertama, Guru Nanak Dev, adalah pendiri agama ini.
Orang
India, China, Mesir, dan Israel menerima pengajaran dari guru yang merupakan seorang imam
atau nabi. Oleh sebab itu seorang guru sangat dihormati dan terkenal di
masyarakat serta menganggap guru sebagai pembimbing untuk mendapat keselamatan
dan dihormati bahkan lebih dari orang tua mereka
Jadi
dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
B.
Sejarah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI)
1.
Gerakan
Guru pada Masa Perjuangan Kemerdekaan
Semangat nasionalisme sudah lama tumbuh di kalangan
guru semenjak lahirnya kesadaran berorganisasi, kesadaran perjuangan nasional,
kesadaran untuk menuntutpersamaan hak dan posisi dengan pihak belanda.
Usaha perjuangan nasib dan posisi guru berjalan
terus. Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dahuli selalu dipegang oleh
orang belanda, satu persatu pindah ke tangan bangsa indonesia. Perjuangan ini
akhirnya memuncak pada kesadaran dan cita – cita kemerdekaan bukan sekedar
nasib belaka.
Pada tahun 1032 nama PGHB diganti dengan PGI
(Persatuan Guru Indonesia). Pergantian nama “Hindia Belanda” dengan
“indonesia”Dalam nama organisasi ini mengejutkan Belanda,karena nama Indonesia
termasuk yang paling tidak desenangi oleh penjajah Belanda karena mencerminkan
tumbuhnya semangat Nasionalisme.
Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun
kemudian, negri Belanda diduduki tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru
laki-laki Belanda ditugaskan menjadi milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di
Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang keadaan berubah segala organisasi
dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan pendidikan dan politik membeku.
Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka kembali.
2.
Pendidikan
dan Sekolah pada Masa Penjajahan Belanda
Keadaan pendidikan di Indonesia pada
masa penjajahan Belanda sangat memprihatinkan baik dari segi pendidikan, guru,
dan sekolahnya.
Pada jaman Protugis dan spanyol
mulai didirikan sekolah-sekolah model baru, berlainan dengan sekolah-sekolah
pesantren. Di sekolah ini tidak hanya diajarkan tentang agama namun juga
diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah-sekolah ini hanya berada di
kepulauan Maluku sampai kedatangan VOC di Indonesia. VOC berkuasa di Indonesia
pada tahun 1600-1800. VOC ini juga mengadakan sekolah-sekolah di daerah
kekuasaan mereka seperti kepulauan Maluku, di beberapa pulau di kepulauan Sunda
Kecil (Nusa Tenggara), di Batavia (Jakarta), dan di Semarang.
Sekolah-sekolah Belanda ini diadakan
2 jam pada waktu pagi dan 2 jam pada waktu sore hari. Pada mulanya bahasa
pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Belanda, akan tetapi karena hasilnya
tidak memuaskan maka diganti dengan bahasa Melayu. Anak-anak tidak teratur
didalam bersekolah karena mereka harus membantu kedua orang tuanya. Gurunya
berkebangsaan Belanda dan kebanyakan tidak mendapatkan latihan sebagai guru.
Pelajaran yang diberikan hanya terdiri dari agama, menyanyi, membaca, menulis
dan berhitung. Orang-orang yang sudah tamat sekolah harus berkumpul dua kali
dalam seminggu untuk kelas-kelas lanjutan.
a. Pada tahun
1684 diumumkan Undang-Undang Sekolah pertama, yang isinya antara lain :
Ø Untuk
mendirikan sekolah harus seijin pemerintah
Ø Jam
pelajaran sekolah jam 08.00-11.00 dan jam 14.00-17.00
Ø Dilarang
adanya pelajaran campuran antara anak laki-laki dan perempuan
Ø Hari libur
dan uang sekolah diatur pemerintah
Ø Sekolah-sekolah
dimonitoring 2 kali setahun
b. Pada tahun
1778 dikeluarkan Undang-Undang yang baru, yang isinya antara lain :
·
Tiap-tiap sekolah dibagi dalam 3
kelas
·
Di kelas satu diajarkan membaca,
menulis, berhitung, menyanyi, dan agama.
c. Pada tahun
1800 VOC dibubarkan, Indonesia dijajah secara langsung oleh pemerintahan Belanda.
Dalam bidang pendidikan hampir sama dengan VOC hanya sekarang pendidikan
diperbanyak akibat pengaruh dari Liberalisme. Gubernur Jendral Daendels (tahun
1808-1811) memerintahkan kepada para Bupati di Jawa untuk mendirikan
sekolah-sekolah pribumi.
d. Tahun 1830
Pemerintah Belanda memerintahkan kepada para Bupati dan Residen untuk
mendirikan sekolah pribumi dengan mata pelajaran budi pekerti, membaca, dan
menulis.
e. Tahun 1850
pemerintah mendirikan Sekolah Dasar Missie (Zending) di Maluku, Manado, Timor,
Jawa, dan Kalimantan.
f. Tahun 1852
didirikan sekolah guru.
g. Tahun 1867
didirikan Depertemen Pendidikan yang bertanggung jawab terhadap permasalahan
pendidikan.
h. Tahun 1871
Pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan peraturan yang isinya :
v Jumlah
pendidikan guru ditambah
v Sekolah-sekolah
dasar diperuntukkan bagi anak golongan nigrat dan umum
v Pelajaran
diberikan dengan bahasa daerah
v Mata
pelajaran yang diberikan dalah membaca, menulis dan berhitung
v Mata
pelajaran pilihan berhitung, ilmu bumi, sejarah, biologi, pertanian,
menggambar, penelitian, menyanyi, dan bahasa Belanda
v Semua
pengeluaran kecuali uang sekolah ditanggung oleh pemerintah
v Agama tidak
boleh diajarkan di sekolah pemerintah
i.
Tahun 1892 dikeluarkan peraturan
pemerintah :
§ Ada sekolah
tingkat I untuk anak-anak tingkat dasar
§ Ada sekolah
tingkat II untuk masyarakat umum
Sekolah-sekolah
yang didirikan oleh pemerintah Belanda semakin bertambah jumlahnya dan
berjenis-jenis. Hal ini memang disengaja oleh pemerintah Belanda dalam rangka
melaksanakan politik devide et empera dalam bidang pendidikan di Indonesia.
j.
Sampai dengan tahun 1937
sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan Belanda adalah :
1.
Sekolah Desa
Sekolah desa
ini diseduaikan dengan kehidupan desa. Lama pelajaran 3 tahun, selama dua
setengah jam sehari. Di sini diajarkan bahasa daerah, berhitung, yang berguna
untuk kehidupan sehari-hari, membaca menulis dengan huruf daerah dahulu dan
kemudian huruf latin. Jumlah sekolah desa tahun 1921 ada 8000 buah dengan murid
543.000 orang.
2.
Sekolah
Kelas Dua
Sekolah
Kelas Dua untuk umum. Waktu Sekolah Desa diadakan, beberapa Sekolah Kelas Dua
ini dijadikan “Standaard School” atau “Vervolgschool”, yaitu sekolah sambungan
bagi sekumpulan Sekolah Desa yang berdekatan, dengan maksud supaya pengajaran
sama dengan pengajaran di Sekolah Kelas Dua biasa. Lama pelajaran 2 tahun
sesudah Sekolah Desa. Sekolah Kelas Dua pada mulanya terdiri dari 3 kelas,
kemudian ditambah menjadi 4 kelas dan akhirnya menjadi 5 kelas. Di sekolah ini
diajarkan bahasa Melayu. Tamatannya hanya dapat meneruskan ke Sekolah Normal
(untuk calon guru Sekolah Kelas Dua) dan Sekolah Pertukangan (Ambachtschool).
3.
Schakelschool
atau Sekolah Penghubung
Sekolah ini,
selama 5 tahun mengajarkan murid-murid Sekolah Kelas Dua yang pandai dari kelas
3, 4 atau 5 sehingga mencapai kepandaian setaraf dengan kepandaian tamatan HIS.
Tamatan Schakelschool ini dapat meneruskan pelajaran ke MULO.
4.
Hollands
Inlandse School (HIS)
Lama
pelajaran 7 tahun. Pada sekolah ini diajarkan 3 bahasa, yaitu bahasa Daerah,
Bahasa Melayu, dan Bahasa Belanda. Sekolah ini merupakan dasar bagi anak
Indonesia yang ingin melanjutkan pelajarannya ke MULO, AMS dan Sekolah Tinggi.
Yang dapat diterima di HIS adalah anak-anak bangsawan atau pegawai negeri.
Pada tahun 1921 jumlah sekolah ini ada 146 buah milik
negeri dan 64 buah sekolah swasta yang mendapat subsidi, jumlah murid
seluruhnya ada 400.000 orang.
1.
Europese
Lagere School (ELS)
Sekolah
rendah untuk bangsa Belanda ini mata pelajarannya diatur sehingga dapat
bersambung dengan sekolah rendah yang ada di negeri. Lama pelajarannya 7 tahun.
Dari 27.000 murid yang ada pada waktu itu, 3.400 anak Indonesia dan 1.400 anak
Tionghoa. Murid-murid tamatan ELS yang dapat surat keterangan dari Kepala Sekolah dapat diterima di kelas I MULO, yang
lulus ujian tertulis dalam bahasa Belanda dapat diterima di HBS.
2.
Sekolah MULO
MULO itu
asal mulanya merupakan dua kelas tambahan pada ELS kelas I, untuk memberikan pengajaran
rendah yang lebih lanjut kepada tamatan ELS tersebut. Secara berangsur-angsur
pelajaran pada kelas ini ditambah dan lama pelajarannya diperpanjang menjadi 3
tahun. Pada tahun 1914 telah ada 10 MULO. Pada tahun 1919 MULO ini dijadikan
bagian bawah dari IMS, yang kemudian menjadi AMS. Pada tahun 1925 terdapat 19
buah MULO negeri dan 7 buah MULO partikelir. Jumlah murid seluruhnya ada 3.900
orang, diantaranya 1.635 orang Indonesia.
3.
Algemene
Middlelbare School (AMS)
Sekolah ini
didirikan pada tahun 1919 dengan nama Indische Middlelbare School (IMS). Pada
tahun 1919 AMS ini terdapat di Jogja dengan jurusan Ilmu Hisab dan Ilmu Alam
(Wis en Natuurkundige Afdeling). Kemudian dibuka 2 jurusan lagi, yaitu jurusan
bahasa-bahasa Barat dan jurusan bahasa-bahasa Timur.
4.
Hogere
Burger School (HBS)
HBS ini
terdapat di Betawi, Bandung, Semarang dan Surabaya. Lama pelajarannya 5 tahun.
HBS yang ada di Indonesia sama dengan HBS di Belanda. Dari HBS 5 tahun ini
tamatannya bisa masuk ke Sekolah Perniagaan dan Sekolah Ilmu Pelayaran, yang
lama pelajarannya masing-masing 5 tahun. Terdapat 6 buah HBS partikelir
(swasta), tetapi murid-muridnya semua wanita.
5.
Sekolah
Kejuruan
v Guru Sekolah Desa diambil
dari tamatan Sekolah Kelas II. Selama 2 tahun mereka mengikuti kursus untuk guru
desa.
v Kursus Guru Bantu, yaitu
tamatan Sekolah Kelas II yang mengikuti kursus guru selama 2 tahun sambil
mengajar.
v Normaal school menerima
murid tamatam Sekolah Kelas II. Lama pelajaran 4 tahun.
v Kwekschool atau Sekolah
Raja, mendidik guru untuk HIS. Lama pelajarannya 4 tahun sesudah HIS. Bahasa
yang diajarkan yaitu, bahasa Daerah, bahasa Melayu, dan bahasa Belanda.
v Hogere Kweekschool (HKS) tamatan
kweekschool yang terpilih dan mahir bahasa Belanda dapat melanjutkan di HKS.
Lama belajarnya 3 tahun.
v Hollands Inlandes Kweekschool (HIK). HIK
mengantikan HKS, yang diterima di HIK adalah tamatan HKS yang lama belajarnya 6
tahun, atau tamatan MULO yang lama belajarnya 3 tahun. Pada HIK ini diajarkan
ilmu alam/kimia, ilmu pasti, bahasa Inggris, bahasa Jerman, di samping bahasa
Belanda yang menjadi bahasa pengantar.
v Hollands Chinese Kweekschool (HCK) yang
sederajat dengan HIK.
v Kursus Hoofdakte adalah
kursus-kursu untuk calon Kepala Sekolah HIS,
HCS dan HAS. Yang diterima, guru-guru tamatan HKS, HCK, HIK, Europese
Kweekschool yang terpilih. Lama kursus untuk Kepala Sekolah berbahasa Belanda
ini 2 tahun.
v Osvia singkatan
dari Opleidings-School voor Inlandes Ambtenaren adalan sekolah untuk mendidik
calon : Pangreh Praja. Nama sekolah ini sesudah ditingkatkan mutunya diganti
menjadi Mosviba (Middelbare Opleidings School voor Bestuursambtenaren). Lama
pendidikan 6 tahun sesudah HIS, yaitu 3 tahun tingkatan MULO dan 3 tahun
berikutnya tingkatan Sekolah Menengah Atas.
v Bestuurschool ialah untuk
mendidik calon-calon Bupati. Yang diterima, pejabat pangreh praja tamatan
Mosviba yang terpilih dan sebagian besar anak Bupati.
v Sekolah-sekolah
jurusan lainnya : Sekolah Pertanian (Kultuurschool) di Bogor, Sekolah Pertanian
Menengah Atas, Sekolah Dokter Hewan, Sekolah Dokter Gula, Sekolah Pelayaran
Menengah Atas (Prins Hendrik School), Sekolah Pendidikan Kelasi Bangsa
Indonesia di Makasar, Rechtschool yang kemudian ditingkatkan menjadi Rechts
Hoge School (Sekolah untuk Sarjana Hukum), Sekolah Dokter Jawa (Stivia) yang
kemudian ditingkatkan menjadi Medische Hoge School (MHS). Sekolah-sekolah
teknik dari Ambachtschool sampai ke Technische hoge School.
3. Lahirnya PGRI Tanggal 25 November
1945
Proklamasi
17 Agustus 1945 mempunyai efek sangat besar terhadap seluruh pejuang kemerdekaan.pendiri
Republik ini dan juga para guru pada kurun waktu pasca tahun 1945.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidikan Bangsa pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta, Jawa Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap guru diseluruh Indonesia. Pendiri PGRI adalah Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tujuan:
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidikan Bangsa pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta, Jawa Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap guru diseluruh Indonesia. Pendiri PGRI adalah Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tujuan:
1.
Mempertahankan dan menyempurnakan
Republik Indonesia.
2.
Mempertinggi tingkat pendidikan dan
pengaajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3.
Membela hak dan nasib buruh
umumnya, guru pada khususnya.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yang memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ ibu Kandungnya”,yaitu semangat persatuan dan kesatuan ,pengorbanan dan kepahlawanan untuk tentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang karena itu para pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan dan kesatuan, tujuannya yaitu fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi pendidikan.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yang memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ ibu Kandungnya”,yaitu semangat persatuan dan kesatuan ,pengorbanan dan kepahlawanan untuk tentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang karena itu para pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan dan kesatuan, tujuannya yaitu fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi pendidikan.
4.
PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
PGRI
adalah “Kedaulatan Rakyat”dengan tujuan seperti disebutkan terdahulu. Dilihat
dari tujuannya, sangat jelas bahwa cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para guru diIndonesia menginginkan
kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa dan membela serta memperjangkan
kesejahtraan anggotanya.
Agar
perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi
pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk melindungi keamanan
Rakyat dari provokasi dan Agresi Belanda konferensinya tgl. 12 November 1945
Panglima Besarnya Kolonel Soedirman dengan Pangkat Jendral.
a. Kongkres
II PGRI di Surakarta 21-23 November 1946 Melalui kongres ini PGRI mengajukan
tuntutan kepada pemerintah:
1. Sistem
pendidikan selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional.
2. Gaji
guru supaya tidak dihentikan.
3. Diadakan
undang-undang pokok pendidikan dan undang-undang pokok pemburuhan.
b. Kongkres
III PGRI di Madiun 27-29 Februari 1948
Kongkres
yang diadakan dalam keadaan darurat ini memutuskan bahwa untuk meningkatkan
efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang-cabang yang
tadinya keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang lebih kecil tetapi
dengan jumlah sedikitnya 100 orang diharapkan yang lebih kecil itu dapat lebih
aktif.
Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang pemburuhan. Nama PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri. Dibuktikan adanya undangan dari NEA, juga undangan dari WCOTP untuk menghadiri kongkres II yang diadakan oada bulan Juli 1984 di London.
Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang pemburuhan. Nama PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri. Dibuktikan adanya undangan dari NEA, juga undangan dari WCOTP untuk menghadiri kongkres II yang diadakan oada bulan Juli 1984 di London.
5.
PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
1.
Kongkres
IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950
Presiden
RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidakbisa lain dari pada pencerminan
semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan bangsa. Oleh karena itu,
Presiden RI menganjurkan untuk mempertahankannama, bentuk, maksud, tujuan, dan
cita – cita PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kembalinya
kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor diruangan SMA Negeri 1
Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir February 1950 sebanyak 30 cabang SGI
diseluruh Negara menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Yaman
Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk berjasa sekali. Pada tahun
1950 pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950, sangat menguntungkan para guru,
namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini berjalan serat.
Kegembiraan menyambut keluarnya PP 16/1950 segera berbalik menjadi kekesalan
dan keresahan, terutama dikalangan guru di Jawa Barat. Guru-guru diJawa Barat
mengancam untuk mengadakan pemogokan, menurut rencana dimulai pada 12 Juni 1950
pukul 10.00 pagi. Usaha ini berhasil, akhirnya disetujui pemerintah. Hal ini
mengokohkan wibawa PGRI dibuktikan dengan lancarnya PP No. 32/1950 tentang
penghargaan kepada pelajar pejuang.
2.
Kongres
V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950
Acara
pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu masalah yang
prinsipil dan faundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanhutnya,
yaitu asas organisasi ini : apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial atau
pancasila akhirnya pancasila menjadi asas organisasi Kongres V merupakan
“Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri oleh perwakilan luar negeri yang ada
diJakarta. Rapat diadakan dipusat kebudayaan Jln. Naripan, kongres ini
membicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan dan
perkembangan PGRI yaitu asas organisasi akankah memilih sosialisme keadilan
sosial ataukah pancasila. Akhirnya, pancasila diterima sebagai asas organisasi.
Sejak kongres V mulai nyata daerah dibentuk beserta susunan pengurusnya
konferda mulai dilaksanakan. Mulanya konferda dilaksanakan di Cirebon, Solo,
Jember pada Maret 1951, selanjutnya konferda meluas ke pulau lainnya, tanggal
27 Februari 1952 di Makassar dan 20 maret 1952 di Banjarmasin. Hasil nyata dari
konsolidasi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan Kalimantan kedalam barisan
PGRI.
3.
Kongres
VI PGRI di Malang 24-30 November 1952
Kongres
menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang organisasi, menetapakan
asas PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah demokrasi, PGRI tetap dalam
GSBI. Dalam bidang pemburuhan memperjuangkan kendaraan bagi pemilik sekolah,
intruktur penjas, dan pendidikan masyarakat. Dalam bidang pendidikan:
1) System
pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa pembangunan.
2) KPKPKB
dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
3) KPKB
ditiadakan diubah menjadi SR 6 th
4) Kursus
B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya.
5) Diadakan
Hari Pendidikan Nasional.
4.
Kongres
VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954
Kongres
ini dihadiri 639 orang utusan. Pelaksanan rapat bertempat di aula SMA B Candi
Semarang. Untuk pertama kalinya kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar
negeri Maria Marchant wakil FISE di Paris, Marcelino Bautista dari PPTA
(Filipina) wakil WOTOP, Fan Ming, Chang Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC,
dan Jung Singh dari organisasi guru Malaysia. Dibicarakan pula masalah
pendidikan agama.
Hasil kongres ini antara lain:
Hasil kongres ini antara lain:
a. Bidang
Umum :
Pernyataan
mengenai Irian Barat, pernyataan mengenai korupsi, resolusi mengenai
desentralisasi sekolah, resolusi mengenai pemakaian keuangan oleh kementrian PP
dan K, dan resolusi mengenai penyempurnaan cara kerja kementrian PP dan K.
b. Bidang
Pendidikan :
Resolusi
mengenai anggaran belanja PP dan K yang harus mencapai 25% dari seluruh
anggaran belanja Negara, resolusi mengenai UU sekolah rakyat dan UU kewajiban
belanja, resolusimengenai film, gambar, tektur, serta radio dan pembentukan
dewan bahasa nasional.
c. Bidang
Pemburuhan :
UU
pokok kepegawaian, peleksanan peraturan gaji, pegawai baru, tunjangan khusus
bagi pegawai yang tugas di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti
besar, Guru SR dinyatakan sebagai pegawai negri tetap, dan penyelesaian
kepegawaian.
d. Bidang
Organisasi :
Pernyataan
PGRI untuk keluar dari GBSI dan menyatakan diri sebagai organisasi
“Non-Vaksentral”.
5.
Kongres
VIII PGRI di Bandung 1956
Kongres
dihadiri hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Suasana kongres mulanya
meriah,tetapi waktu diadakan pemilihan ketua umum keadaan menjadi tegang. Pihak
Soebandri menambah kartu palsu. Sehingga pemilihan terpaksa dibatalkan. Otak
pemalsuan Hermanu Adi seorang tokoh PKI Jatim, yang menjabat ketua II PGRI.
Walaupun M.E Subiadinata dihalangi secara curang akhirnya ia terpilih menjadi
ketua Umum mengantikan Sudjono. Ketua II PGRI digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
1.
Kunjungan kecabang-cabang
2.
Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih
diintensifikasi
3.
Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang
yang tidak disiplin diberikan peringatan seperlunya
4.
Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI
Palembang karena tindakan indisipliner terhadap komisariat daerah
5.
Keterlibatan PGRI dalam symposium BMN Denpasar Bali
(Juli 1957) mendapat penghargaan dan perhatian masyarakat. Pokok-pokok bahasan:
a. Pendidikan
sebagai pewaris nilai budaya
b. Perlu
adanya Indonesianisasi
c. Aspek
kebudayaan agar dilegalisasikan dalam UUD Masalah cukup serius mendapatkan
perhatian diantaranya tentang:
a.1. Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan
jasmani
a.2.
Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam
dunia pendidikan dan masyarakat
a.3. Uang
alat/perlengkapan sekolah dan pakaian belajar
6.
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada
kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959,soebandri dkk.Melancarkan
politik adudomba diantara para kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil,
ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.
1.
Lahirnya PGRI Non-Yaksentral/PKI
Periode
tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa ini
terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan dengan pada
periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan demi kepentingan guruatau
peropesi guru,melainkan karena ambisi politik dari luar dengan
dalih”machsovorming en machsaanwending”(pembentukan kekuatan dan panggunaan
kekuatan).
Ternyata goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran fitnah”,sehingga timbul protes dari siding pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan dari panitia.
Ternyata goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran fitnah”,sehingga timbul protes dari siding pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan dari panitia.
2.
Pemecatan Massal Pejabat Departemen
P&K (1964)
Pidato
inangrasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama Majelis Pendidikan Nasional
(Mapenas)dalam kependudukannya sebagai salah seorang wakil ketua, menyarankan
agar PancawarDhana diisi dengan moral “panca cinta”.sistem pendidikan
pancawardhana dilandasi dengan prinsip-prinsip:
1.
Perkembangan cinta bangsa dan cinta tanah air,moral
nasional / internasional/ke agamaan ,
2.
Perkembangan kecerdasan,
3.
Perkembangan emosional – artistrik atau rasa keharuan
dan keindahan lahir batin
4.
Perkembangan keprigelan atau kekerajinan tangan
dan,
5.
Perkembangan jasmani.
6.
Moral panca cinta meliputi:
a. Cinta
nusa dan bangsa
b. Cinta
ilmu pengetahuan
c. Cinta
kerja dan rakyat yang bekerja
d. Cinta
perdamaian dan persahabatan antar bangsa-bangsa
e. Cinta
orang tua
Isi pidato
tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan dikalangan pendidik.
Dilinkungan Departemen PP & K, polemic itu makin meruncing ketika dalam
Rapat Dinas tanggal 23 Juli 1964 Mentri PP & K, Prof. Dr. Prijono
(1957-1966) memancing kembali suasana polemic tersebut. Akibatnya, Pembantu
mentri, Tartib Prawirodiharjo, meninggalkan rapat karena dituduh mengkhianati
Mentrinya.
Karena heboh
mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi Moral Pendidikan
Pancawardhana, akhirnya Presiden membantuk sendiri panitia dengan nama “Panitia
Negara Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi tugas
untuk menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan Massal”, ke-27 orang
tersebut dinyatakan tidak bersalah.
3. PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI
Periode th. 1966-1972merupakan masa
perjuangan untuk turut menegakka Orde Baru, penataan kembali organisasi,
menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan tepat dalam pola embangunan
nasional yang baru memerlukan pemimpin yang memiliki dedikasi yang tinggi,
kemampuan manajerial yang mantap, dan pengalaman yang mendukang. Dipenuhi
dengan jalan kaderisasi, pelaksanaan kaderisasi yang dimulai pada th. 1957 di
Jakarta dilanjutkan kembali mulai Juli 1973 di Bandung, Yogyakarta, dan
Pandaan, Jawa Timur.
PGRI mencoba untuk turut memprakarsai
dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai negeri dakam bentuk RKS.
Selanjutnya PGRI memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya M.E.
Subiadinata. Terakhir, pada th. 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI. Sebagai
pengembangan dari MPBI lahirlah FBSI.
Disambut gembira oleh para buruh
kelahiran FBSI, sementara PGRI tidak mempunyai tempat dalam federasi karena banyak
perbedaan yang mendasar:
1) FBSI
beranggotakan unsur buruh murni
2) Anggota
FBSI harus buruh swasta
3) FBSI
berprinsip “trade unionisme”
4) FBSI
berada di bawah pembinaan Departemen Tenaga Kerja.
4.
Usaha PGRI Melawan PGRI
Non-Vaksentral/PKI
PGRI
tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres IX PGRI di Surabaya (oktober
1959),infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI benar” terasa,dan lebih jelas lagi
dalam kongres X di Jakarta(November 1962).
Kiranya
perinsip “siapa kawan siapa lawan” berlaku pula dalam tubuh PGRI.”kawan”adalah
semua golongan pancasilaisanti PKI yang Dalam Pendidikan mengamankan
Pancasila,dan “Lawan”adalah PKI yang berusaha memnaksakan
pendidikan.”pancacinta”dan “pancatinggi”. Akan tetapi kekuatan pancasilais
d.PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan menghadapi tantangan tersebut.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
7. PGRI
sejak lahirnya orde baru
1.
Kesatuan aksi guru
Indonesia KAGI
Peristiwa
G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh
PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan pro PKI,infil Trasi dan fitnah Pro
PKI berdirinya PGRI non-vaksentral dll.
Bersama
para pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI turun kejalan dengan
meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat) yakni :”bubarkan PKI,ritul 100
mentri,danturunkan harga-harga!”. Mereka membentuk kesatuan” aksi misal’a KAMI,KASI,sedangkan
para guru” membentuk KAGI pada tanggal 2 februari 1966.
Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut” terbentuk KAGI di wilayah lainnya.
Tugas Utama KAGI adalah A.Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsure” PKI “dan orde lama.B. menyatukan semua guru d.dalam organisasi guru yaitu PGRI.c. memperjuangkan agar PGRI menjadi organi sasi guru yang tidah hanya bersifat unotalistik tetapi juga independen dan non partai politik.
Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah
Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut” terbentuk KAGI di wilayah lainnya.
Tugas Utama KAGI adalah A.Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsure” PKI “dan orde lama.B. menyatukan semua guru d.dalam organisasi guru yaitu PGRI.c. memperjuangkan agar PGRI menjadi organi sasi guru yang tidah hanya bersifat unotalistik tetapi juga independen dan non partai politik.
Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah
v Menjunjung
tinggi HAM
v PGRI
diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS
v Frontnasional
di bubarkan
v PGRI
ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat UNITARISTIK, INDEPENDEN dan
NON partai politik DLL. Selanjutnya, hasil XI PGRI di bidang organisasi :
v INTENSIFIKASI
penerangan tentang kegiatan organisasi melalui pers,Radio,TV dan Majalah Suara
Guru.
v Pendidikan
kader organisasi secara teratur dan terencana
v PGRI
menjadi anggota WCOTP Dll.
2.
Konsulidasi organisasi
pada awal orde baru
Menarik
juga untuk di simak kembali seri tulisan harian kompas tahun 1967 yang berjudul
PORAK PORANDANYA KERETA PGRI DI JAWA TENGAN tulisan ini merupakan “serangn”
kepada PB PGRI masa perserikatan (kongres XI).
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pada
tahun 1969 atas perdesakan nasib guru yang d.bentuk PGRI,pemerintang setuju
untuk mencairkan tunjangan kelebihan mengajar bagi guru” SD di seluruh
Indonesia
Hubungan PGRI dengan organisasi guru mulai di rintis kembali.Pada bulan juli 1966 secara resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru se Dunia soel di Korea selatan.SEtelah itu,PGRI d.undang untuk mengikuti tradeunionleader course di negeri belanda selama 4 bulan,kursus di adakan 2 angkatan : Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.
Hubungan PGRI dengan organisasi guru mulai di rintis kembali.Pada bulan juli 1966 secara resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru se Dunia soel di Korea selatan.SEtelah itu,PGRI d.undang untuk mengikuti tradeunionleader course di negeri belanda selama 4 bulan,kursus di adakan 2 angkatan : Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.
3.
Arti Lambang PGRI
·
Bentuk cakra atau lingkaran
melambangkan cita – cita luhur dan daya upaya manaikan pengapdian yang terus
menerus
·
Ukuran,corak dan warna : bidang bagian pinggir
rulingkara berwarna merah melambangkan pengabdian yang d.landasi kemurnian dan
keberanian bagi kepentingan rakyat.Warna
petih dengan tulisan persatuan guru republic Indonesia melambangkan paduan
warna pinggir merah pitih melambangkan pengabdian pada Negara,bangsa dan tanah
air Indonesia.
·
Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan
datar berwarna kuning melambangkan fungsi guru (pada penddidkan pra
sekolah,dasar,menengah dan perguruan tinggi)dengan hakikat tugas pengabdian
guru sebagai pendidikan yang besar dan luhur.
·
Nyala api dengan 5 sinar waena merah
melambangkan arti ideologi dan arti teknis yakni sasaran budi pekerti,cipta,rasa,karsa,dan
karya generasi.
·
4 buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan
2 tengak ( simetris)dengan warna corak putih melambangkan sumber ilmu yang
menyangkut nilai” moral,pengetahuan,keterampilan,dan akhlak bagi tingkatan
lembaga” pendidikan,pra sekolah,dasar,menengah, dan tinggi.
·
Warna dasar tengah hijau melambangkan kemakmuran.
Arti keseluruhan :
Guru Indonesia
dengan itikad dan kesadaran yang murni dengan segala keberanian, keluhuran jiwa
dan kasih sayang senan tiasa menunaikan darma baktinya kepada Negara, tanah air
dan bangsa Indonesia dalam budi pekerti cinta, rasa, karsa, dan karya generasi
bangsa menjadi manusia pancasila yang memiliki moral, pengetahuan, keterampilan
dan akhlak yang tinggi. Penggunaan :
1. Sebagai
lambang atau lencana
2. Sebagai
panji resmi dalam upacara dan panji hiasan
3. Di
pancangkan mendampingi bendera nasional merah putih dalam upacara/pertemuan
organisasi oleh PGRI.
4. Berdirinya
YPLP-PGRI dan wisma guru kongres XIV PGRI th. 26-29 Juni di Jakarta
menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu mengenai wisma guru.
Untuk
melaksanakan keputusan kongres BP PGRI membentuk YPLP-PGRI dengan akta notaries
Moh.Ali No. 21 tgl. 31 maret 1980 yang
berlaku sejak tgl. 1 Januari 1980. Yaitu melakukan pembinaan , pengelolaan ,
dan penggembangan lembaga pendidikan PGRI di seluruh Indonesia dan bertanggung
jawab langsung kepada PB PGRI Hikmah dan manfaat dari yang diambil dari
ketetapan PGRI sebagai organisasi profesi adalah,
1) Medan
perjuangan, pengbdiaan dan kekaryaan anggota PGRI dapat makin ditingkatkan dan
dimantapkan
2) Upaya
peningkatan mtu profesionalisme para anggota PGRI.
3) Dapat
dipupuk rasa kesatuan dan kesatuan yang makin kokoh.
8. PGRI Pada Masa Reformasi
A. Pengertian
Reformasi
Menurut etimologi bahasa, kata reformasi berasal dari bahasa
Inggris, “Re” artinya kembali dan kata “Formation” atau “Form”
artinya bentuk. Jadi reformasi membentuk kembali memperbaharui atau menata
ulang.
Memperbaharui adala upaya perubahan yang bersifat menata
kembali suatu sistem (tatana) yang sudah ada yang kurang atau tidak baik dengan
suatu sistem baru dengan cara dan untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
B. PGRI
Pada Era Reformasi
1.
Kongres PGRI XVIII di Bandung
Kongres PGRI XVIII diselenggarakan pada tanggal 25- 28
Nopember 1998 di Lembang Bandung dengan tema “Reformasi Pendidikan dan PGRI
dalam Memasuki Era Baru Abad 21”. Berbeda dengan kongres-kongrs sebelumnya,
kongres PGRI XVIII mempunyai cirri khusus: berlangsungnya dalam suasana gegap
gempitanya semangat reformasi.
Berdasarkan AD/ART PGRI, kongres adalah forum tertingggi
organisasi dan pemegang kedaulatan anggota dengan semangat reformasi kali ini
dipercepat 8 bulan dari waktu seharusnya. Fungsi dan tugas kongres adalah
mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar (PB), menyempurnakan
AD/ART, menetapkan program umum organisasi, dan memilih PB yang baru.
2.
Hal-hal yang muncul dan berkembang dalam kongres PGRI
XVIII
Seluruh aktifitas selama kongres berlangsung dapat direkam
berbagai hal yang muncul dan berkembang antara lain sebagai berikut:
a.
Kongres PGRI XVIII merupakan kongres terakhir di
penghujung abad XX yang penuh keprihatinan dan ketidakpastian. Krisis ekonomi,
krisis politik dan krisis kepercayaan yang mengakibatkan jatuhnya pemerintahan
orde baru.
b.
Kongres PGRI XVIII menyepakati visi dan misi bersama,
dengan mengadakan reformasi diri baik secara kelembagaan, wawasan maupun tujuan.
Guru di masa depan adalah bagian dari masyarakat madani yang memiliki martabat,
harkat dan status sosial yang memadai serta mempunyai kemampuan dalam
melaksanakan tugasnya.
c.
Dalam sejarah PGRI sesudah 53 tahun berkiprah ada satu
hal yang menarik dari peristiwa sejarah itu. Kongres PGRI XVIII memutuskan PGRI
kembali ke jati dirinya semula yaitu sebagai organisasi perjuangan, organisasi
profesi dan organisasi ketenagakerjaan. Adapun sifat PGRI adalah unitaristik,
independent, dan tidak berpolitik praktis.
d.
Pemilihan PB masa bakti XVIII merupakan klimaks
Pemilihan dilaksanakan dengan pemungutan suara (voting)
secara bebas, langsung dan rahasia mengingat jumlah suara begitu besar (741)
suara untuk memudahkan dari 27 propinsi dibagi 4 kelompok, masing-masing tempat
pemungutan suara (TPS).
Memasuki
periode reformasi PGRI telah menjelma sebuah kesempatan besar yang mampu
mendenyutkan semangat perjuangan guru. Pada periode ini PGRI kian berani
menyuarakan perlunya perubahan nasib guru Indonesia. Berbagai aksi yang
dibarengi dengan pengajuan konsep dasar menuju perubahan telah disodorkan
kepada pemerintah.
Perubahan
secara signifikan telah kut dirasakan oleh seluruh anggota PGRI yang bersatu
dalam memberi peringatan terhadap pemerintah agar segera merumuskan format
perbaikan mutu maupun kesejahteraan guru. Yang paling menarik dalam periode
reformasi ini yakni PGRI secara sadar mau melakukan peaktualisasi dan
retrospeksi terhadap kemajuan demi kemajuan yang tetap mengedepankan titah
ke-PGRI-an yang telah dirumuskan oleh paera founding father PGRI sejak 25
November 1945.
PGRI berasaskan
pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. PGRI terdaftar di departemen kehakiman
berdasarkan penetapan menteri kehakiman tanggal 20 september 1954, Nomor :
1.A.5/82/12. PGRI adalah organisasi perjuangan, profesi dan ketenagakerjaan,
berskala nasional yang bersifat :
1) Unitaristik
yaitu tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat bekerja, kedudukan, suku, jenis
kelamin, agama dan asal usul.
2) Independen
yakni berlandaskan prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan
kemitrasejajaran dengan berbagai pihak.
3) Non politik
praktis yaitu tidak terikat dan atau mengikatkan diri pada kekuatan
organisasi/partai politik manapun. Organisasi ini bertujuan :
a. Mewujudkan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
b. Berperan aktif
mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangasa dan membentuk
manusia Indonesia seutuhnya.
c. Berperan serta
mengembangkan sistem dan pelaksanaan
pendidikan nasional.
d. Mempertinggi
kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan
tenaga kependidikan lainnya.
e. Menjaga,
memelihara, membela serta meningkatkan harkat dan martabat guru melalui
peningkatan kesejahtraan anggota serta kesetiakawanan organisasi.
Untuk menunjang
kinerjanya, PGRI memiliki sejumlah anak lembaga, yaitu :
1) YPLP (Yayasan
Pembina Lembaga Pendidikan) PGRI yaitu yayasan yang mengelola dan membina
lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan PGRI.
2) LKBH (Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum) yaitu lembaga yang memberikan pelayanan
konsultasi dan bantuan hukum bagi anggota PGRI.
3) BP GGI (Badan
Pengelola Gedung Guru Indonesia) yaitu badan yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab mengelola Gedung Guru.
4) PT Harapan Masa
yaitu suatu badan usaha milik PGRI yang berfungsi untuk menunjang jalannya
kinerja organisasi.
5) Induk Koperasi
PGRI yaitu badan hukum yang berbentuk koperasi untuk meningkatkan kesejatraan
anggota.
6) Majalah Suara
Guru yaitu majalah bulanan PGRI terbit sebulan sekali, sebagai media
organisasi.
PGRI menjalin
kerjasama internasional baik secara bilateral, regional maupun global. Pada
tingkat regional, PGRI menjalin kerjasama dengan organisasi guru di kawasan
ASEAN yang tergabung dalam ACT (ASEAN Council Teachers). Pada tingkat
internasional, PGRI menjadi anggota E1 (Education International) yaitu
persatuan organisasi guru diseluruh dunia yang
beranggotakan 304 organisasi guru dari 155 Negara dan menghimpun 24 juta
anggota.
9.
PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan dalam
Memasuki Era Baru Awal Abad XXI
a. Visi
PGRI
Abad 21adalah abad
yang sarat dengan kemajuan, penuh tantangan persaingan bebas dalam suasana yang
semaikn semaraknya proses demokrasi keterbukaan, pelaksanaan hak asasi manusia
dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.
Berdasarkan kondisi dan tantangan masa depan yang harus
dihadapi serta tujuan dan cita-cita perjuangan organissi maka PGRI harus
menjadi organisasi guru yang kuat, berwibawa, terpercaya, solid. Professional,
mempunyai peran penting dalam pengambilan kebijaksanaan pembangunan pendidikan,
pengembangan keguruan dan ilmu pendidikan di Indonesia.
PGRI
berkewajiban membina dan meningkatkan kemampuan profesionalisme anggotanya agar
menjadi tenaga kependidikan yang memiliki profesionalitas yang tinggi,
demokratis, memperoleh kehormatan dan penghargaan sesuai harkat martabatnya,
sejahtera lahir batin, bertanggung jawab, bermoral, berdedikasi tinggi terhadap
profesinya serta berperan aktif dalam menggalang persatuan dan kerjasama guru
dan organisasi guru baik kawasan regional maupun global.
b.
Misi PGRI
1. Menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan NKRI
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita Proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Menyukseskan pembangunan nasional
khusunya pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang berlandaskan pada asas
demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghormatan atas hak asasi manusia
memotivasi untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas
dari sifat ketergantungan pada siapa pun juga. Asas kemandirian ini menuntut
pula kokohnya rasa persatuan dan kesatuan, penuh dedikasi semangat kerja keras,
berlandaskan pada asas kebersamaan dalam mitra kesejajaran.
3. Non politik
Sebagai
organisasi PGRI tidak terikat atau mengikatkan diri pada salah satu kekuatan
social politik maupun PGTI memberikan kebebasab kepada individu anggotanya
untuk menyalurkan aspirasi politiknya tanpa meninggalkan asas dan jati diri
PGRI
4. Kejuangan
PGRI
sebagai organisasi perjuangan mengemban amanat cita-cita Proklamasi 17 Agustus
1945 yang dilandasu jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 dengan penuh rasa
tanggung jawab, menegakkan dan melaksanakan secara aktoif hakikat dan perwujudan
cita-cita nasinal bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
5. Manfaat
Sebagai
wadah tempat berhimpunnya para guru dan tenaga kependidikan lainnya, PGRI
berusaha memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi organisasi maupun
masyarakat tanpa harus merugikan dan mengganggu hak dan kepentingan orang lain.
Kemanfaatan diarahkan juga bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa
dan Negara.
6. Kebersamaan dan kekeluargaan
Asas
kebersamaan menimbulkan sikap salinh menghargai, salimh memahami, saling asih,
salinh asah dan saling asuh. Asas kekeluargaan memberikan pedoman agar saling
menghormati dan saling tenggang rasa, yang muda menghormati yang tua, yang tua
menjadi teladan yang muda, konsekuen, menegakkan moral dan akhlak.
7. Kesetiakawanan social
Kepekaan
terhadap keadaan lingkungan, kehidupan anggota dan penderitaan orang lain,
semangat rela berkorban untuk kepentingan orang lain anggota yang sangat
memerlukan.
8. Keterbukaan
Sikap
keterbukaan untuk menumbuhkan rasa memiliki, mawas diri merasa termotivasi,
berpartisipasi dan rasa tanggung jawab diantara sesame anggota, sesame pengurus
dan diantara anggota pengurus menumbuhkan kepercayaan, menghindarkan kecurigaan
dan meningkatkan kepedulian. Keterbukaan adalah salah satu wujud kejujuran dan
tegaknya keadilan.
9. Keterpaduan dan kemitraan
Sesama
rekan seperjuangan sesame organisasi kemasyarakatan sesame pengabdi masyarakat,
bangsa dan negara dikembangkan sikap kemitraan yang slaing menguntungkan,
saling membantu, saling bekerja sama bahu membahu. Keterpaduan dengan berbagai
dimensi kehidupan merupakan hal yang esensial untuk mewujudkan rasa kemitraan
yang saling menunjang antara sesame anggota dan dengan pemerintah serta segenap
lapisan masyarakat.
10. Demokrasi
Asas
demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila
dan asas-asas universal, keadlian, kebenaran dan kemanusiaan bebas berpendapat,
bebas menyalurkan pendapat bebas membela dan mempertahankan hak asasi sendiri
akan tetapi berkewajiban pula untuk menegakkan dan menghormati hak asasi orang
lain.
10.
Refeleksi tentang masa depan PGRI
Apa
bila kita dengan sadar dan sengaja menyediakan waktu untuk meneliti kembali
secara cermat gagasan”, pola tindakan dan prestasi PGRI sejak awal berdirinya
sampai sekarang maka kita temukan kembali bahwa pada hakikatnya PGRI adalah
sebuah organisasi propesi pendidik dan pada umumnya dan para guru pada
khususnya .berdasarkan pengamatan ertahun”,tampak jelas bahwa PGRI seperti
organisasi yang lainnya mempunyai pengalaman yang penting dalam rangka
mensukseskan strategi yang bersifat kuantitatif,dalam arti menggalang masa
secara politis,terutama waktu menjelang pemilu.
Masa depan menuntut semakin tingginya kualitas dari pada kuantitas (jumlah anggota).
PGRI sangat berpengalaman dalam melayani para anggota’a yang sebagian besar guru SD; sementara peningkatan kualitas propesi di perlukan oleh para guru para semua jenis dan jenjang pendidikan untuk itu,PGRI di tuntut untuk lebih akrab dengan berbagai permasalahan yang di hadapi oleh para guru sekolah menengah,dan bahkan para dosen di petrguruan tinggi.
Masa depan menuntut semakin tingginya kualitas dari pada kuantitas (jumlah anggota).
PGRI sangat berpengalaman dalam melayani para anggota’a yang sebagian besar guru SD; sementara peningkatan kualitas propesi di perlukan oleh para guru para semua jenis dan jenjang pendidikan untuk itu,PGRI di tuntut untuk lebih akrab dengan berbagai permasalahan yang di hadapi oleh para guru sekolah menengah,dan bahkan para dosen di petrguruan tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka kami dapat menarik
beberapa kesimpulan adanya PGRI lahir pada 25 November
1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sebagai Organisasi
perjuangan PGRI membela dan mempertahankan Republik Indonesia dan PGRI
dinyatakan sebagai organisasi perjuangan karena PGRI mengemban amanat cita-cita
proklamasi 17 Agustus 1945, menjamin, menjaga dan mempertahankan keutuhan dan
kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempunyai andil besar
dalam pendidikan di Indonesia.
B.
Saran
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas kami mempunyai saran, agar kita sebagai penerus
bangsa terlebih guru dan calon-calon pendidik harus mampu meneruskan semangat
juang para guru terdahulu yang telah berkorban dan berjuang demi Tanah Air dan
Bangsa, mampu mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya dan banyak
belajar dari pengalaman sejarah guru terdahulu agar tidak melupakan jasa-jasa
yang telah mereka berikan kepada kita.
Kata
Mutiara Untuk Guru :
“Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan di
sekolah. Sapandai apapun seorang siswa, peran guru tetap sangat penting sebagai
pendidik dan pembimbing. Sekolah favorit dengan prestasi yang bagus sudah tentu
memiliki guru yang berkualitas. Perjuangan, inovasi dan kreasi para guru untuk
memajukkan pendidikan Bangsa ini harus kita dukung. Jika bangsa ini dipimpin
oleh generasi yang cerdas dan berahlak mulia sudah tentu kita ikut merasakan
dampak positifnya”
“Guru
bukan penghias alam yang tidak dapat dipakai kalau perlu dan dibuang kalau
sudah layu dan tidak berguna lagi. Guru ialah pembentuk jiwa, pembangun
masyarakat.”
Daftar
Pustaka
Taruna, S.H., dkk. 2007. Pendidikan Sejarah
Perjuangan Persatuan Guru Republik Indonesia (PSP PGRI). Semarang : IKIP PGRI Semarang Press
Drs. Sulistiyo, M.Pd. 2002. Mengenal Perjuangan PGRI Jawa Tengah.
Semarang : Badan Penerbit PGRI Jawa Tengah.
Hadiatmadja, dkk. 1998. Pendidikan Sejarah Perjuangan PGRI
(PSP-PGRI). Semarang : IKIP PGRI Semarang Press
Ichsan. 2008. Sejarah Singkat Lahir PGRI (Persatuan Guru
Republik Indonesia) (online).http://sigitajiputra.wordpress.com/2009/12/07/sejarah-persatuan-guru-republik-indonesia/#more-33, diakses tanggal, 21 April 2014, Pukul : 10.30 WIB
http:\\sejarah pggri.htm, diakses tanggal, 21 April 2014, pukul : 11.30 WIB
http://www.slideshare.net/suchy_el/makalahku-psp, diakses tanggal 21 april, pukul :
11.30 WIB
http://fadlatul.blogspot.com/2012/10/reformasi-pgri.html, diakses tanggal 21 april, pukul : 19.40
WIB
Makalah yang bagus dan blog keren,,izin copy makalahnya y,thaxs before
ijin kopi
Silakan...
Semoga bermanfaat
Izin Copy Ya...
Izin Copy Ya...
Cakep banget dan lengkap Blog anda mba hehehe izin copy
https://www.postallads4free.com/financial_services-ad692037.html
https://www.smallbizads.us/advert/quickbooks-online-support-phone-number
http://autotext.com/ad/quickbooks-online-support-phone-number
http://www.authorstream.com/Presentation/Quickbooksaccounting-3985294-call-quickbooks-payroll-support-phone-number
http://www.authorstream.com/Presentation/Quickbooksaccounting-3990098-contact-quickbooks-payroll-support-phone-number